Selasa, 05 Juni 2012

Penerapan Moving Class dan Tata Kelas di SMAN 33 Jakarta


 Pendahuluan
1.      Inovasi
Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil produksi saja, tetapi juga mencakup ideologi, kepercayaan, sikap hidup, informasi, perilaku, atau gerakan-gerakan menuju kepada proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Schumpeter merupakan ilmuwan yang pertama kali mengemukakan arti inovasi.
Menurut Mardikanto (1988) pengertian inovasi dapat semakin diperluas yaitu sebagai sesuatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan/ diterapkan/ dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikaan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan.
Rogers (1983) mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru, praktek-praktek baru, atau obyek-obyek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat sasaran penyuluhan. Rogers (1995), mengatakan bahwa inovasi merupakan ide, perilaku atau barang yang disampaikan lewat saluran komunikasi dan waktu tertentu dan dirasakan baru oleh seseorang dalam sebuah sistem sosial.
Teori ini membahas mengenai bagaimana sebuah inovasi baru dapat diadopsi oleh masyarakat (adopter) melalui berbagai saluran komunikasi yang dicanangkan oleh para agen perubahan.
2.      Pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas mengandung pengertian, yaitu proses pengelolaan kelas untuk menciptakan suasana dan kondisi kelas yang memungkinkan siswa dapat belajar secara efektif (Rachman, 1999 : 11). Pengelolaan kelas juga dapat diartikan sebagai segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan (Ahmad, 1995 : 1).
Jadi, Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan, mengulang atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, dengan hubungan-hubungan inter personal dan iklim sosio emosional yang positif serta mengembangkan dan mempermudah organisasi kelas yang efektif.
Sedangkan prinsip dasar pengelolaan kelas adalah pegangan atau acuan yang memiliki pokok dasar berfikir atau bertindak bagi seorang pendidik dalam usaha menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal serta mengembalikan kondisinya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran.
Djamaroh (2006 : 173) menyebutkan masalah yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang sering di diskusikan oleh penulis professional dan pengajar adalah juga pengelolaan kelas. Mengingat tugas utama dan paling sulit bagi pengajar adalah pengelolaan kelas.
Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya di masa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu dinamis dalam bentuk prilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional siswa.
Secara umum faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa (Djamarah, 2006 : 184). Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan prilaku. Kepribadian siswa dengan ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya secara individual. Perbedaan secara individual ini dilihat dari segi perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
Faktor ektern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.
Penataan ruang kelas
Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari iklim kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, untuk itu perlu diperhatikan pengaturan/ penataan ruang kelas dan isinya, selama proses pembelajaran. Lingkunagan kelas perlu ditata dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan guru, dan antar siswa. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata lingkungan fisik kelas menurut Loisell (Winataputra, 2003: 9.22) yaitu:
1. Visibility ( Keleluasaan Pandangan)
Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.
2. Accesibility (mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.
3. Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok.
4. Kenyamanan
Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
5. Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk bekelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu dan memantau tingkah laku siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan menurut Conny Semawan,dkk. (udhiezx.wordpress: 3) yaitu:
  • Ukuran bentuk kelas
  • Bentuk serta ukuran bangku dan meja
  • Jumlah siswa dalam kelas
  • Jumlah siswa dalam setiap kelompok
  • Jumlah kelompok dalam kelas
  • Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang pandai, pria dan wanita).

3.      Analisis
Setelah melakukan observasi di SMAN 33 Jakarta, kami berasumsi pengelolaan ruang kelas di SMAN 33 Jakarta masih kurang optimal. Siswa butuh suasana baru disetiap mata pelajaran, penataan ruang kelas yang monoton juga mempengaruhi motivasi belajar siswa. Setelah mewawancarai beberapa siswa, mereka berpendapat bahwa terkadang mereka merasa bosan berada dikelas yang sama disepanjang hari belajar ditambah lagi apabila guru yang mengajar tidak mengasikkan dalam menyampaikan materi. Maka dari itu, kami akan membuat suatu inovasi untuk mengatasi masalah tersebut. Inovasi yang kami tawarkan ialah Moving Class with Fun.

  1. Deskripsi produk
Moving Class with Fun adalah suatu inovasi dalam bidang pengelolaan kelas, dimana kami membuat suatu rancangan ruang kelas yang menarik dan menyenangkan dengan menanamkan nilai-nilai budaya indonesia dalam penataan kelas tersebut. Setiap mata pelajaran memiliki ruang tersendiri yang di tata sesuai dengan deskripsi mata pelajaran, susunan bangku yang dipakai ialah model susunan U dan O yang dapat secara fleksibel dirubah sesuai kebutuhan materi yang akan disampaikan. Semaksimal mungkin kelas dapat digunakan tidak hanya untuk belajar yang berstrategi ceramah ataupun diskusi saja, tetapi juga dapat digunakan untuk bermain peran, demonstrasi, praktek, dll. Jadi kelas dapat serba guna tanpa harus keluar kelas, karena semuanya sudah tersedia. Untuk kamar mandipun tersedia, jadi siswa tidak perlu izin keluar kelas untuk kekamar mandi. Segala fasilitas seperti LCD, layar proyektor, komputer, AC, pojok perpustakaan, absen finger print, kamera CCTV, dll sudah tersedia dikelas. Hasil karya siswa pun dipajang dikelas sebagai bentuk penghargaan atas tugas yang telah dikerjakan oleh siswa. Untuk keterlambatan ditoleransi sekitar 10 menit dan diabsen dengan finger print, jika sudah lewat 10 menit finger print tidak akan berfungsi sehingga siswa yang telat dinyatakan tidak hadir.

Tujuan Moving Class
1. Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran;
2. Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Waktu Pembelajaran
3. Meningkatkan Disiplin Siswa dan Guru
4. Meningkatkan keterampilan guru dalam memvariasikan metode dan media pembelajaran yang diaplikasikan dalam  kehidupan siswa sehari-hari.
5.  Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan bersikap terbuka pada setiap mata pelajaran.
6.  Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Strategi Pengelolaan Moving Class
1. Pengelolaan Perpindahan Peserta didik
  1. Peserta didik berpindah ruang belajar sesuai mata pelajaran yang diikuti berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan
  2. Waktu perpindahan antar kelas adalah 5 menit dengan toleransi keterlambatan 10 menit.
  3. Peserta didik diberi kebebasan untuk menentukan tempat duduknya sendiri
  4. Peserta didik perlu ditegaskan peraturan tentang penggunaan ruang dan tata tertib dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran serta konsekuen-sinya
  5. Tas diletakkan pada loker yang sudah tersedia di sisi belakang kelas
  6. Finger print tidak akan berfungsi bila kelas sudah berjalan lebih dari 10 menit
  7. Keterlambatan berturut-turut lebih dari 3 (tiga) kali diadakan tindakan pembinaan yang dilakukan Penanggung Jawab akademik bersama dengan Guru Pembimbing.

2. Pengelolaan ruang belajar-Mengajar
  1. Guru diperkenankan untuk mengatur ruang belajar sesuai karakteristik mata pelajarannya
  2. Ruang belajar setidak-tidaknya memiliki sarana dan media pembelajaran yang sesuai, Jadwal Mengajar Guru, Tata Tertib Peserta didik dan Daftar Inventaris yang ditempel di dinding.
  3. Ruang belajar dapat dilengkapi dengan pojok perpustakaan dan sarana lainnya yang mendukung proses Pembelajaran
  4. Tiap Mata pelajaran telah disediakan prasarana multimedia. Penggunaan prasarana diatur oleh Penanggung Jawab kelas Mata Pelajaran
  5. Guru bertanggungjawab terhadap ruang belajar yang ditempatinya. Dengan demikian setiap guru memiliki kunci untuk ruang masing-masing.

3. Pengelolaan Administrasi Guru dan Peserta didik
  1. Absensi dilakukan dengan finger print berlaku utuk siswa dan guru
  2. Guru membuat catatan-catan tentang kejadian-kejadian di kelas brerdasarkan format yang telah disediakan
  3. Guru mengisi laporan kemajuan belajar peserta didik, absensi peserta didik, keterlambatan peserta didik dan membuat rekapan sesuai format yang disediakan
  4. Guru membuat laporan terhadap hal-hal khusus yang memerlukan penanganan kepada Penanggung Jawab Akademik
  5. Guru membuat Jadwal topik/materi yang diajarkan kepada peserta didik yang ditempel di ruang belajar

Faktor-Faktor Pertimbangan Adopter dalam Mengadopsi Moving Class with Fun
Faktor-faktor yang menjadikan pertimbangan pihak adopter dalam membuat keputusan untuk menerima atau menolak produk Moving Class with Fun jika dikaitkan dalam pemikiran Rogers (1983) dalam Diffusion of Innovasion dipengaruhi oleh 5 atribut inovasi, yaitu:

  1. Relative Advantage
Para adopter akan menilai apakah inovasi internet relatif menguntungkan atau lebih unggul dibanding inovasi lainnya yang memiliki keunggulan sejenis. Untuk adopter yang menerima secara cepat inovasi moving class with fun akan melihat moving class with fun sebagai inovasi dalam sistem belajar disekolah, dimana konsep moving class with fun mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat pada siswa untuk memberikan lingkungan yang dinamis sesuai dengan bidang yang dipelajarinya. Keunggulan sistem ini adalah para siswa lebih punya waktu untuk bergerak, sehingga selalu segar untuk menerima pelajaran. Sementara para pendamping, dapat menyiapkan materi terlebih dahulu. siswa akan tumbuh dengan baik jika mereka dilibatkan secara alamiah dalam proses belajar yang didukung lingkungan yang dirancang secara cermat dengan menggunakan konsep yang jelas. Dengan moving class with fun kemampuan siswa dalam bereksplorasi, mencipta, berpikir kreatif dapat berkembang dengan baik. Guru dapat mengkondisikan ruang/laboratoriumnya sesuai dengan kebutuhan setiap pertemuan tanpa harus terganggu oleh mata pelajaran lain.

  1. Compatibility
Adopter juga akan mempertimbangkan pemanfaatan moving class with fun berdasarkan konsistensinya pada nilai-nilai, pengalaman dan kebutuhannya. Bagi mereka yang mengerti akan pengelolaan kelas pasti tahu seperti apa standar kelas yang nyaman bagi siswa yang dapat memotivasi belajar siswa. Kelas yang dikelola akan berbasis pedidikan berkarakter yang sedang digembar-gemborkan olah pemerintah dewasa ini. Seperti di SMAN 33 yang siswanya merasa bosan belajar diruang kelas yang tetap sepanjang hari. Siswa disini sebagai adopter yang akan merasakan bedanya moving class with fun dengan kelas klasik biasa berdasarkan FOE yang mereka miliki.

  1. Complexity
Adopter juga akan menilai tingkat kesulitan atau kompleksitas yang akan dihadapinya jika mereka menerapkan moving class with fun. Artinya bagi siswa yang tidak dibiasakan moving class akan sedikit kesulitan dalam berpindah kelas dari kelas yang satu ke kelas yang lainnya dibandingkan siswa yang sudah terbiasa melakukan moving class. Tingkat kesulitan tersebut berhubungan dengan FOE, keterbiasaan, dan budaya sekolah yang mereka anut. Adopter akan langsung mempertimbangkan apakah moving class efisien baginya atau tidak sama sekali.

  1. Trialability
Mengurangi ketidakpastian mempunyai kemungkinan untuk diuji coba terlebih dahulu oleh para adopter untuk mengurangi ketidakpastian mereka terhadap moving class with fun. Sebelum diterapkan, moving class diuji cobakan terlebih dahulu, agar guru dan siswa dapat memutuskan apakah moving class sesuai dengan keinginan belajar siswa atau tidak. Kemampuan ini dapat membantu adaptor menentukan sikap menerima atau menolak inovasi moving class with fun.

  1. Observability
Adopter akan memberikan penilaian apakah moving class with fun mampu meningkatkan motivasi belajar siswa dan menjadikan siswa lebih kreatif lagi atau tidak. Apakah inovasi ini cocok diterapkan disekolah atau tidak. Jika iya, maka hal ini akan terus dikembangkan hingga timbul inovasi baru dari moving class with fun ini.

Penggolongan Adopter
Rogers menyebutkan 5 kategori adopter yaitu inovator, early adopter, early majority, late majority dan laggard. Kelima adopter ditentukan berdasarkan tingkat kecepatan dimana sekolah dapat mengadopsi moving class with fun lebih awal dibandingkan sekolah lainnya. Menurut Rogers, hal ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
  1. Berapa banyak masyarakat sekolah yang mendapatkan informasi mengenai moving class secara umum dan moving class secara khusus (moving class  with fun).
  2. Berapa cepat perubahan sikapnya dalam mengambil keputusan untuk menerima atau menolak moving class with fun ini.

Penyebarluasan Penggunaan Moving Class with Fun
Untuk menerapkan pengunaan moving class di sekolah, maka penting untuk memperhatikan saluran komunikasi apa yang akan digunakan dalam mengkomunikasikannya dengan guru ataupun peserta didik. Saluran komunikasi berarti: melalui channel apa pesan-pesan dapat disampaikan dari seseorang ke orang lainnya. Saluran komunikasi yang disarankan dapat digunakan secara efektif adalah saluran komunikasi interpersonal. Saluran komunikasi interpersonal dalam proses adopsi inovasi inidinilai lebih efektif dalam mnyampaikan apa yang menjadi kebutuhan-kebutuhan, alat serta cara yang akan dipakai dalam proses penerapan moving class ini.