Pendahuluan
1. Inovasi
Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda
atau barang hasil produksi saja, tetapi juga mencakup ideologi, kepercayaan,
sikap hidup, informasi, perilaku, atau gerakan-gerakan menuju kepada proses
perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Schumpeter
merupakan ilmuwan yang pertama kali mengemukakan arti inovasi.
Menurut Mardikanto (1988) pengertian inovasi dapat
semakin diperluas yaitu sebagai sesuatu ide, produk, informasi teknologi,
kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktek-praktek baru yang belum banyak
diketahui, diterima, dan digunakan/ diterapkan/ dilaksanakan oleh sebagian
besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan
atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan
masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikaan mutu hidup setiap
individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan.
Rogers (1983) mengartikan
inovasi sebagai ide-ide baru, praktek-praktek baru, atau obyek-obyek yang dapat
dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat sasaran
penyuluhan. Rogers
(1995), mengatakan bahwa inovasi merupakan ide, perilaku atau barang yang
disampaikan lewat saluran komunikasi dan waktu tertentu dan dirasakan baru oleh
seseorang dalam sebuah sistem sosial.
Teori ini membahas mengenai bagaimana sebuah
inovasi baru dapat diadopsi oleh masyarakat (adopter) melalui berbagai saluran
komunikasi yang dicanangkan oleh para agen perubahan.
2.
Pengelolaan
kelas
Pengelolaan kelas mengandung pengertian, yaitu
proses pengelolaan kelas untuk menciptakan suasana dan kondisi kelas yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara efektif (Rachman, 1999 : 11).
Pengelolaan kelas juga dapat diartikan sebagai segala usaha yang diarahkan
untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta
dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan
(Ahmad, 1995 : 1).
Jadi, Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan
tingkah laku siswa yang diinginkan, mengulang atau meniadakan tingkah laku yang
tidak diinginkan, dengan hubungan-hubungan inter personal dan iklim sosio
emosional yang positif serta mengembangkan dan mempermudah organisasi kelas
yang efektif.
Sedangkan prinsip dasar pengelolaan kelas adalah
pegangan atau acuan yang memiliki pokok dasar berfikir atau bertindak bagi
seorang pendidik dalam usaha menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal serta mengembalikan kondisinya bila terjadi gangguan dalam proses
pembelajaran.
Djamaroh (2006 : 173) menyebutkan masalah yang
dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan
kelas. Aspek yang sering di diskusikan oleh penulis professional dan pengajar
adalah juga pengelolaan kelas. Mengingat tugas utama dan paling sulit bagi
pengajar adalah pengelolaan kelas.
Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke
hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu
berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok
belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya
di masa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu dinamis
dalam bentuk prilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional siswa.
Secara umum faktor yang mempengaruhi pengelolaan
kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa
(Djamarah, 2006 : 184). Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi,
pikiran, dan prilaku. Kepribadian siswa dengan ciri khasnya masing-masing
menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya secara individual. Perbedaan
secara individual ini dilihat dari segi perbedaan biologis, intelektual, dan
psikologis.
Faktor ektern siswa terkait dengan masalah
suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah
siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika
kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas
akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah
siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.
Penataan ruang kelas
Pembelajaran yang efektif
dapat bermula dari iklim kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang
menggairahkan, untuk itu perlu diperhatikan pengaturan/ penataan ruang kelas
dan isinya, selama proses pembelajaran. Lingkunagan kelas perlu ditata dengan
baik sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan
guru, dan antar siswa. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru
dalam menata lingkungan fisik kelas menurut Loisell (Winataputra, 2003: 9.22)
yaitu:
1. Visibility (
Keleluasaan Pandangan)
Visibility artinya
penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan
siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan
yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa
kegiatan pembelajaran.
2. Accesibility (mudah
dicapai)
Penataan ruang harus
dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang yang
dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk
harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah
dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.
3. Fleksibilitas
(Keluwesan)
Barang-barang di dalam
kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses
pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok.
4. Kenyamanan
Kenyamanan disini
berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
5. Keindahan
Prinsip keindahan ini
berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif
bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat
berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan.
Penyusunan dan pengaturan
ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk bekelompok dan memudahkan guru
bergerak secara leluasa untuk membantu dan memantau tingkah laku siswa dalam
belajar. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan
menurut Conny Semawan,dkk. (udhiezx.wordpress: 3) yaitu:
- Ukuran bentuk kelas
- Bentuk serta ukuran bangku dan meja
- Jumlah siswa dalam kelas
- Jumlah siswa dalam setiap kelompok
- Jumlah kelompok dalam kelas
- Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang pandai, pria dan wanita).
3.
Analisis
Setelah melakukan observasi di SMAN 33 Jakarta,
kami berasumsi pengelolaan ruang kelas di SMAN 33 Jakarta masih kurang optimal.
Siswa butuh suasana baru disetiap mata pelajaran, penataan ruang kelas yang
monoton juga mempengaruhi motivasi belajar siswa. Setelah mewawancarai beberapa
siswa, mereka berpendapat bahwa terkadang mereka merasa bosan berada dikelas
yang sama disepanjang hari belajar ditambah lagi apabila guru yang mengajar
tidak mengasikkan dalam menyampaikan materi. Maka dari itu, kami akan membuat suatu
inovasi untuk mengatasi masalah tersebut. Inovasi yang kami tawarkan ialah
Moving Class with Fun.
- Deskripsi produk
Moving Class with Fun
adalah suatu inovasi dalam bidang pengelolaan kelas, dimana kami membuat suatu
rancangan ruang kelas yang menarik dan menyenangkan dengan menanamkan
nilai-nilai budaya indonesia dalam penataan kelas tersebut. Setiap mata
pelajaran memiliki ruang tersendiri yang di tata sesuai dengan deskripsi mata
pelajaran, susunan bangku yang dipakai ialah model susunan U dan O yang dapat
secara fleksibel dirubah sesuai kebutuhan materi yang akan disampaikan.
Semaksimal mungkin kelas dapat digunakan tidak hanya untuk belajar yang
berstrategi ceramah ataupun diskusi saja, tetapi juga dapat digunakan untuk
bermain peran, demonstrasi, praktek, dll. Jadi kelas dapat serba guna tanpa
harus keluar kelas, karena semuanya sudah tersedia. Untuk kamar mandipun
tersedia, jadi siswa tidak perlu izin keluar kelas untuk kekamar mandi. Segala
fasilitas seperti LCD, layar proyektor, komputer, AC, pojok perpustakaan, absen
finger print, kamera CCTV, dll sudah tersedia dikelas. Hasil karya siswa pun
dipajang dikelas sebagai bentuk penghargaan atas tugas yang telah dikerjakan
oleh siswa. Untuk keterlambatan ditoleransi sekitar 10 menit dan diabsen dengan
finger print, jika sudah lewat 10 menit finger print tidak akan berfungsi
sehingga siswa yang telat dinyatakan tidak hadir.
Tujuan Moving Class
1. Meningkatkan Kualitas
Proses Pembelajaran;
2. Meningkatkan
Efektivitas dan Efisiensi Waktu Pembelajaran
3. Meningkatkan Disiplin
Siswa dan Guru
4. Meningkatkan
keterampilan guru dalam memvariasikan metode dan media pembelajaran yang
diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari.
5. Meningkatkan
keberanian siswa untuk bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan bersikap
terbuka pada setiap mata pelajaran.
6. Meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa.
Strategi Pengelolaan Moving
Class
1. Pengelolaan
Perpindahan Peserta didik
- Peserta didik berpindah ruang belajar sesuai mata pelajaran yang diikuti berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan
- Waktu perpindahan antar kelas adalah 5 menit dengan toleransi keterlambatan 10 menit.
- Peserta didik diberi kebebasan untuk menentukan tempat duduknya sendiri
- Peserta didik perlu ditegaskan peraturan tentang penggunaan ruang dan tata tertib dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran serta konsekuen-sinya
- Tas diletakkan pada loker yang sudah tersedia di sisi belakang kelas
- Finger print tidak akan berfungsi bila kelas sudah berjalan lebih dari 10 menit
- Keterlambatan berturut-turut lebih dari 3 (tiga) kali diadakan tindakan pembinaan yang dilakukan Penanggung Jawab akademik bersama dengan Guru Pembimbing.
2. Pengelolaan ruang
belajar-Mengajar
- Guru diperkenankan untuk mengatur ruang belajar sesuai karakteristik mata pelajarannya
- Ruang belajar setidak-tidaknya memiliki sarana dan media pembelajaran yang sesuai, Jadwal Mengajar Guru, Tata Tertib Peserta didik dan Daftar Inventaris yang ditempel di dinding.
- Ruang belajar dapat dilengkapi dengan pojok perpustakaan dan sarana lainnya yang mendukung proses Pembelajaran
- Tiap Mata pelajaran telah disediakan prasarana multimedia. Penggunaan prasarana diatur oleh Penanggung Jawab kelas Mata Pelajaran
- Guru bertanggungjawab terhadap ruang belajar yang ditempatinya. Dengan demikian setiap guru memiliki kunci untuk ruang masing-masing.
3. Pengelolaan
Administrasi Guru dan Peserta didik
- Absensi dilakukan dengan finger print berlaku utuk siswa dan guru
- Guru membuat catatan-catan tentang kejadian-kejadian di kelas brerdasarkan format yang telah disediakan
- Guru mengisi laporan kemajuan belajar peserta didik, absensi peserta didik, keterlambatan peserta didik dan membuat rekapan sesuai format yang disediakan
- Guru membuat laporan terhadap hal-hal khusus yang memerlukan penanganan kepada Penanggung Jawab Akademik
- Guru membuat Jadwal topik/materi yang diajarkan kepada peserta didik yang ditempel di ruang belajar
Faktor-Faktor
Pertimbangan Adopter dalam Mengadopsi Moving Class with Fun
Faktor-faktor yang menjadikan pertimbangan pihak
adopter dalam membuat keputusan untuk menerima atau menolak produk Moving Class
with Fun jika dikaitkan dalam pemikiran Rogers (1983) dalam Diffusion of Innovasion dipengaruhi oleh
5 atribut inovasi, yaitu:
- Relative Advantage
Para adopter akan menilai
apakah inovasi internet relatif menguntungkan atau lebih unggul dibanding
inovasi lainnya yang memiliki keunggulan sejenis. Untuk adopter yang menerima
secara cepat inovasi moving class with fun akan melihat moving class with fun
sebagai inovasi dalam sistem belajar disekolah, dimana konsep moving class with fun mengacu pada pembelajaran kelas
yang berpusat pada siswa
untuk memberikan lingkungan yang dinamis sesuai dengan bidang yang dipelajarinya.
Keunggulan sistem ini adalah para siswa lebih punya waktu untuk bergerak,
sehingga selalu segar untuk menerima pelajaran. Sementara para
pendamping, dapat menyiapkan materi terlebih dahulu. siswa akan tumbuh dengan baik
jika mereka dilibatkan secara alamiah dalam proses belajar yang didukung
lingkungan yang dirancang secara cermat dengan menggunakan konsep yang jelas. Dengan moving
class with fun kemampuan
siswa dalam bereksplorasi, mencipta, berpikir kreatif dapat
berkembang dengan baik. Guru dapat
mengkondisikan ruang/laboratoriumnya sesuai dengan kebutuhan setiap pertemuan
tanpa harus terganggu oleh mata pelajaran lain.
- Compatibility
Adopter juga akan mempertimbangkan pemanfaatan moving
class with fun berdasarkan konsistensinya pada nilai-nilai, pengalaman dan
kebutuhannya. Bagi mereka yang mengerti akan pengelolaan kelas pasti tahu
seperti apa standar kelas yang nyaman bagi siswa yang dapat memotivasi belajar
siswa. Kelas yang dikelola akan berbasis pedidikan berkarakter yang sedang
digembar-gemborkan olah pemerintah dewasa ini. Seperti di SMAN 33 yang siswanya
merasa bosan belajar diruang kelas yang tetap sepanjang hari. Siswa disini
sebagai adopter yang akan merasakan bedanya moving class with fun dengan kelas
klasik biasa berdasarkan FOE yang mereka miliki.
- Complexity
Adopter juga akan menilai tingkat kesulitan atau
kompleksitas yang akan dihadapinya jika mereka menerapkan moving class with
fun. Artinya bagi siswa yang tidak dibiasakan moving class akan sedikit
kesulitan dalam berpindah kelas dari kelas yang satu ke kelas yang lainnya
dibandingkan siswa yang sudah terbiasa melakukan moving class. Tingkat
kesulitan tersebut berhubungan dengan FOE, keterbiasaan, dan budaya sekolah
yang mereka anut. Adopter akan langsung mempertimbangkan apakah moving class
efisien baginya atau tidak sama sekali.
- Trialability
Mengurangi ketidakpastian mempunyai kemungkinan
untuk diuji coba terlebih dahulu oleh para adopter untuk mengurangi
ketidakpastian mereka terhadap moving class with fun. Sebelum diterapkan, moving
class diuji cobakan terlebih dahulu, agar guru dan siswa dapat memutuskan
apakah moving class sesuai dengan keinginan belajar siswa atau tidak. Kemampuan
ini dapat membantu adaptor menentukan sikap menerima atau menolak inovasi
moving class with fun.
- Observability
Adopter akan memberikan penilaian apakah moving
class with fun mampu meningkatkan motivasi belajar siswa dan menjadikan siswa
lebih kreatif lagi atau tidak. Apakah inovasi ini cocok diterapkan disekolah
atau tidak. Jika iya, maka hal ini akan terus dikembangkan hingga timbul
inovasi baru dari moving class with fun ini.
Penggolongan
Adopter
Rogers menyebutkan 5 kategori adopter yaitu
inovator, early adopter, early majority, late majority dan laggard. Kelima
adopter ditentukan berdasarkan tingkat kecepatan dimana sekolah dapat
mengadopsi moving class with fun lebih awal dibandingkan sekolah lainnya.
Menurut Rogers, hal ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
- Berapa banyak masyarakat sekolah yang mendapatkan informasi mengenai moving class secara umum dan moving class secara khusus (moving class with fun).
- Berapa cepat perubahan sikapnya dalam mengambil keputusan untuk menerima atau menolak moving class with fun ini.
Penyebarluasan
Penggunaan Moving Class with Fun
Untuk menerapkan pengunaan moving class di
sekolah, maka penting untuk memperhatikan saluran komunikasi apa yang akan
digunakan dalam mengkomunikasikannya dengan guru ataupun peserta didik. Saluran
komunikasi berarti: melalui channel apa pesan-pesan dapat disampaikan dari
seseorang ke orang lainnya. Saluran komunikasi yang disarankan dapat digunakan
secara efektif adalah saluran komunikasi interpersonal. Saluran komunikasi
interpersonal dalam proses adopsi inovasi inidinilai lebih efektif dalam
mnyampaikan apa yang menjadi kebutuhan-kebutuhan, alat serta cara yang akan
dipakai dalam proses penerapan moving class ini.