META ANALISIS
A. Pengertian Meta Analisis
Menurut para ahli:
·
Glass (1981), Meta analisis
merupakan analisis kuantitatif dan menggunakan sejumlah data yang cukup banyak
serta menerapkan metode statistik dengan mempraktekkannya dalam
mengorganisasikan sejumlah informasi yang berasal dari sampel besar yang
fungsinya untuk melengkapi maksud-maksud lainnya.
·
Borg (1983), Meta analisis
merupakan teknik pengembangan paling baru untuk menolong peneliti menemukan
kekonsistenan atau ketidakkonsistenan dalam pengkajian hasil silang dari hasil
penelitian.
·
Soekamto (1988) mengatakan
bahwa sifat meta analisis antara lain kuantitatif, dan memakai analisis
statistik untuk memperoleh seri informasi yang berasal dari sejumlah data dari
penelitian-penelitian sebelumnya.
·
Sutjipto (1995), Meta-analisis
adalah salah satu upaya untuk merangkum berbagai hasil penelitian secara
kuantitatif.
·
Sugiyanto (2004), Meta-analisis
merupakan studi dengan cara menganalisis data yang berasal dari studi primer.
Hasil analisis studi primer dipakai sebagai dasar untuk menerima atau mendukung
hipotesis, menolak/menggugurkan hipotesis yang diajukan oleh beberapa
peneliti.
Berdasarkan pengertian-pengertian
tersebut, dapat dikatakan bahwa meta analisis merupakan suatu bentuk penelitian
kuantitatif yang menggunakan angka-angka dan metode statistik dari
beberapa hasil penelitian untuk mengorganisasikan dan menggali informasi
sebanyak mungkin dari data yang diperoleh, sehingga mendekati kekomprehensifan.
Salah satu syarat yang diperlukan dalam melakukan meta analisis adalah
pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian yang sejenis.
Meta
analisis merupakan analisis integratif sekunder dengan menerapkan prosedur
statistik terhadap hasil-hasil pengujian hipotesis penelitian. Menurut
Glass (1981), analisis sekunder itu merupakan analisis ulang (reanalysis)
terhadap data untuk tujuan menjawab pertanyaan penelitian dengan teknik-teknik
statistik yang lebih baik atau menjawab pertanyaan-pertanyaan baru dengan data
lama yang dimiliki.
Meta-analisis
sebagai suatu teknik ditujukan untuk menganalisis kembali hasil-hasil
penelitian yang diolah secara statistik berdasarkan pengumpulan data primer.
Hal ini dilakukan untuk mengkaji keajegan atau ketidakjegan hasil penelitian
yang disebabkan semakin banyaknya replikasi atau verifikasi penelitian,yang
sering kali justru memperbesar terjadinya variasi hasil penelitian.
Jika saya simpulkan, meta analisis
itu merupakan kegiatan penelitian kuantitatif yang integrative literature dan menggabungkan
banyak hasil studi orisinal, sistematis,
terencana, observasi retrospektif, dengan analisis statistika yang formal. Meta
analisis tidak berbicara mengenai hasil kesimpulan suatu penelitian, melainkan
data dari suatu penelitian yang sejenis sehingga dapat digeneralisasikan hasil
dari data-data yang telah dianalisis tersebut.
B. Tujuan Meta Analisis
Meta analisis bertujuan sebagai berikut:
·
Untuk memperoleh estimasi
effect size, yaitu kekuatan hubungan ataupun besarnya perbedaan antar variabel
·
Melakukan inferensi dari data
dalam sampel ke populasi (estimasi atau uji hipotesis)
·
Melakukan kontrol terhadap
variabel yang potensial bersifat sebagai perancu (confounder) agar tidak
mengganggu kemaknaan statistik dari hubungan atau perbedaan
C. Jenis-Jenis Meta Analisis
Meta-analysis
mulai berkembang dikenalkan oleh Glass tahun 1976.
1. Analysis of Moderator Effects
Berikut
ini adalah Metode umum dalam Detecting/Assessing Moderator Effects
·
Graphing
– OLS regression
·
Q
Stastistics (chi-square test) – WLS regression
·
Variance
analysis – Partition test
·
Outlier
test
2. Mediator Assessment Methods
Merupakan
teknik yang penting dalam metode meta-analysis yang berfungsi untuk
meng-address hubungan struktural, menganalisa apakah korelasi matriks dari
populasi umum mendasari sebuah himpunan dari hasil empiris yang didapatkan. Ada
dua alternatif pendekatan untuk mempelajari mediator effect, yaitu:
·
Mengkombinasi
dan menganalisa korelasi pengembangan meta-analysis
·
Studi
koefisien secara langsung dari kepentingan sebagai effect size.
3. Meta Analisis Kumulatif
Salah
satu bentuk meta-analisis yang relatif baru adalah apa yang disebut
meta-analisis kumulatif. Pada teknik ini hasil meta-analisis tidak dinyatakan
dalam simpulan akhir, namun dibiarkan `terbuka', menunggu evidence lain dari
penelitian serupa yang memenuhi kriteria. Data baru tersebut dimasukkan ke
dalam metaanalisis, dan dihitung rasio odds-nya, demikian seterusnya setiap
kali ada publikasi terbaru dan memenuhi kriteria pemilihan, data yang tersedia
dimasukkan ke dalam meta-analisis. Teknik ini biasanya dipergunakan untuk studi
meta-analisis terhadap suatu topik yang tidak banyak dilaporkan dalam
literatur.
D. Metode yang digunakan dalam Meta Analisis
Penelitian meta analisis
ini merupakan penelitian yang menggunakan data sekunder berupa data-data dari
hasil penelitian sebelumnya Dengan demikian penelitian ini dapat
disebut sebagai penelitian yang bersifat ex post facto yang berbentuk survey
dan analisis kepustakaan terhadap penelitian-penelitian yang telah dilakukan.
Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk melaksanakan suatu meta analisis:
1) Glass (1981) = fokus pada
deteksi dari moderator variabel.
2) Hedges dan Olkin (1985) = memakai teknik weighted least
squares
3) Rosenthal dan Rubin
(1991) = sama seperti Hedges-Olkin,
bedanya hanya pada test signifikansi
untuk mengkombinasikan effect size
4) Hunter dan Schmidt
(1990) = bedanya dengan yang lain
adalah metode ini berusaha mengkoreksi
error potensial sebelum meta-analysis mengintegrasikan
effect study antar studi.
Tehnik Hunter dan Schmidt lebih sering digunakan karena teknik
ini dianggap oleh para peneliti sebagai teknik yang paling lengkap,
karena selain dapat dipergunakan untuk mengkaji effect size, teknik Hunter
Schimidt dapat juga dipergunakan untuk mengkoreksi kesalahan sebagai akibat
error of measurement, maupun man made error (artifact) yang lain.
Dalam upaya melakukan sintesa dari beberapa penelitian,
terlebih dahulu dilakukan koreksi terhadap artefak atau ketidaksempurnaan
penelitian (Sugiyanto,2004). Hunter & Schmidt (1990) menyebutkan sedikitnya
ada 11 artefak yaitu:
1. Kesalahan
pengambilan sampel
2. Kesalahan pengukuran
pada variabel dependen
3. Kesalahan
pengukuran pada variabel independent
4. Dikotomi
variabel dependen
5. Dikotomi
variabel independent
6. Variasi
rentangan dalam variabel independent
7. Artefak
atrisi
8. Ketidaksempurnaan
validitas konstruk pada variabel dependen
9. Ketidaksempurnaan
validitas konstruk pada variabel independen
10.Kesalahan pelaporan atau
transkripsi
11.Varians yang disebabkan
oleh faktor luar.
Hunter, J.E., & Schmidt,
F.L.(1990 )mengemukakan langkah-langkah/metode analisis korelasi meta-analisis
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Transformasi
harga F ke dalam t, d, dan r
b. Bare Bone
Meta Analysis: Koreksi Kesalahan sampel
1).
Menghitung mean korelasi populasi
2).
Menghitung varians rxy
3).
Menghitung varians kesalahan pengambilan sampel
4).
Dampak pengambilan sampel
c. Artefak
yang lain: Koreksi Kesalahan Pengukuran
1). Menghitung
mean gabungan
2). Menghitung
korelasi populasi yang dikoreksi oleh kesalahan pengukuran
3). Interval
kepercayaan
4). Dampak
variasi reliabilitas
Pada contoh aplikasi meta
analisis nantinya akan dijelaskan rumus-rumus yang digunakan dalam metode
Hunter and Schmidt.
- Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa meta
analisis merupakan kegiatan
penelitian kuantitatif yang integrative
literature dan menggabungkan banyak hasil studi orisinal, sistematis, terencana,
observasi retrospektif, dengan analisis statistika yang formal. Meta analisis
tidak berbicara mengenai hasil kesimpulan suatu penelitian, melainkan data dari
suatu penelitian yang sejenis sehingga dapat digeneralisasikan hasil dari
data-data yang telah dianalisis tersebut. Meta analisis cenderung menjurus pada
statistika data dan merupakan penelitian sekunder, dimana meta analisis
mengkaji kembali penelitian yang telah ada sebelumnya (penelitian premier). Metode ini juga dapat menjawab
pertanyaan seputar kesenjangan hasil yang terjadi dari studi yang
bermacam-macam.
Daftar Pustaka